Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kumpulan Cerita Misteri hantu menyeramkan, jangan baca sendirian ya !!!

Cerita Misteri atau Cerita Hantu itu membuat penasaran pada pembacanya, saya sendiri sebenarnya penakut, baca cerita hantu atau mendengarkan orang bercerita kadang membuat bulu kuduk merinding, serem sampai sampai tidur sendiri aja ketakutan. Cerita misteri hantu ini sengaja saya share supaya menambah wawasan sahabat tentang hantu hehehe... yang punya Iman jangan takut ya, kita manusia adalah mahluk sempurna yang Tuhan ciptakan, ini hanya beberapa cerita Misteri Hantu yang saya dapatkan dari mbah Google, jangan di baca sendirian ya... serem lho... 

TIDUR SORE MENJELANG MALAM

Nama saya Dinda, Saya adalah seorang mahasiswi yang tinggal di rumah kost di Yogyakarta. Sore itu, mendadak saya merasa ngantuk setelah seharian mengerjakan tugas di depan komputer. Tidak berapa lama kemudian, saya tertidur di kamar kost saya. Menjelang malam kira-kira jam setengah enam sore, saya terbangun dari tidur. Saat itu, keadaan di luar kamar kost sudah mulai gelap.

Saya merasakan sebuah keanehan. Mendadak saya terbangun dengan kondisi bulu kuduk merinding dan rasa dingin yang tidak biasa padahal kondisi pintu dan jendela kamar saya tertutup rapat. Sambil mencoba membuka mata perlahan di kondisi yang sedikit gelap, pandangan mata saya mengarah ke arah cermin di kamar saya. Samar-samar saya melihat sebuah bayangan di depan cermin di kamar saya.

Dengan kondisi setengah mengantuk, saya mencoba meraih kesadaran saya hingga seratus persen. Samar-samar saya melihat seorang wanita memakai kain kerudung hijau, blouse lengan panjang, dan rok abu-abu dengan motif bunga-bunga besar berwarna pink tua. Dia baru saja meletakkan sebuah sisir kayu yang saya yakin bukan milik saya karena sisir saya berwarna hitam.

Pada mulanya, saya ingin marah dan menegur wanita itu karena berani masuk ke kamar saya tanpa ijin. Akan tetapi, beberapa detik kemudian saya baru ingat bahwa kamar saya terkunci rapat. Jendela saya juga terkunci rapat dan korden jendela saya juga masih tertutup rapi. Seketika itu juga saya melihat bagian bawah roknya melayang dan saya hanya bisa melihat kakinya saja. Jantung saya menjadi berdegup sangat cepat!.

Saat saya melihat ke arahnya, dia akan menolehkan kepalanya. Buru-buru saya pura-pura tertidur sambil menghadap ke tembok agar tidak melihat mukanya. Saya bahkan mendengar suara beberapa benda yang mengisyaratkan suara orang yang sedang berdandan. Dengan mengumpulkan segenap tenaga dan keberanian, saya kemudian pura-pura terbangun dengan menggerakkan badan dan bersuara sambil tetap menutup mata. Kemudian, saya membuka mata dan duduk di kasur, saya mengamati sekeliling saya, Tidak ada siapa-siapa. Hilang!.

Esok harinya saya bercerita kepada teman saya yang tinggal di depan kamar saya. Dia bercerita bahwa dia pernah melihat sosok yang sama membawa payung merah lewat di depan kamarnya lalu menghilang entah ke mana saat hujan di sore hari. Sejak kejadian tersebut, saya tidak pernah mau lagi tertidur di sore hari bagaimana pun lelahnya mata saya. Menurut pembantu rumah tangga ibu kost, perempuan itu adalah penunggu di kost saya. Dia tidak mau bercerita banyak dan hanya mengatakan hal tersebut kepada saya. Sampai hari ini hal itu masih menjadi misteri.

HANTU NENEK ANI

Hai namaku Aisyah, aku akan menceritakan sebuah kematian seorang nenek yang bernama nenek ani yang sangat tidak wajar sekali. Kejadian ini terjadi pada suatu malam, ada seorang nenek yang bernama ani sedang berjalan kaki untuk membeli makanan ketika malam itu, tapi saat sedang menyebrang jalan tiba tiba dari arah yang tidak terduga muncul dua truk gandeng, satu mobil dan satu sepeda motor yang menabraknya.

Akhirnya nenek ani itu pun terpental sangat jauh di jalan dan badan nya terpisah pisah, di dalam cerita ini aku akan memberi sebuah saran kepada kalian yang membaca cerita ini agar percaya pada cerita ini. Karena ini sangat nyata terjadi dan aku mempunyai beberapa bukti yang kuat, dan bagi orang yang tidak percaya dengan cerita ini akan mendapatkan musibah yang tidak terduga, percaya tidak percaya semua itu tergantung keyakinan.

Bukti pertama (1) = ada seorang anak yang bernama Mulyadi yang tiba tiba terbangun disaat tidur karena pintu kamarnya di ketuk dan setelah dibuka ternyata itu adalah hantu nenek ani tanpa kepala.

Bukti kedua (2) = ada seorang anak yang bernama Alfin yang disaat tidur, terbangun karena mendengar ada suara yang sangat gaduh dan ketika dia melihat suasana di dalam kamarnya. Tiba tiba muncul sesosok kepala hantu nenek ani dari dalam lemari kamarnya.

Bukti ketiga (3) = ada seorang anak yang bernama Mukya yang sedang membaca buku, dan dia mulai mendengar suara seperti ada orang yang menggedor gedor jendelanya dan ketika dibuka, tiba tiba muncul sebuah kepala hantu nenek ani yang sedang melayang-layang diluar jendelanya.

Itulah beberapa bukti-bukti yang telah bertemu dengan hantu nenek ani tanpa kepala dan bila anda tidak percaya tentang cerita hantu nenek ani ini maka akan mendapat sebuah penampakan hantu nenek ani yang dialami sama seperti Mukya, Alfin dan mulyadi. “Ingat kalian harus percaya dengan cerita hantu nenek ani ini atau kalian akan mendapatkan akibatnya karena tidak percaya dengan apa yang telah orang lain alami!!!”.

KELAS YANG BERHANTU

Nama saya aldi yogasmara saya bersekolah di MAN, oke langsung saja ke ceritanya. Waktu itu saya sedang mengikuti pendalaman di kelas, saat itu teman-teman sedang fokus mendengarkan guru yang mengajar dan sekitar jam 5 waktunya pulang sekolah. Aku dan teman-temanku sedang menunggu jemputan di lobby depan sekolah.

Semua temanku sudah pada di jemput orang tuanya, hanya aku dan alfiyan saja yang belum di jemput. Tiba-tiba aku teringat bahwa handphoneku tertinggal di dalam kelas. Lalu aku mengajak alfiyan untuk mengantarku ke dalam ruang kelas, di dalam ruang kelas hawanya agak panas. Tiba-tiba saja pintu kelas menutup dengan sendirinya, sontak aku kaget.

Aku dan alfiyan mencoba membuka pintu namun pintu itu terkunci dengan sendirinya. Saat itu aku mulai merinding dan aku melihat sosok tanpa kepala ada di meja paling belakang kelas. Aku berpura-pura tidak melihatnya namun sialnya, tiba-tiba buku yang ada di dalam kelas berhamburan. Sontak aku dan alfiyan berteriak histeris.

Dan pintu kelas terbuka dengan sendirinya, aku pun langsung lari dengan alfiyan dan disaat aku menoleh ke belakang ke dalam kelas, aku melihat sosok itu lagi. Besoknya aku langsung bercerita ke Bu Naning tentang yang aku alami kemarin, ternyata memang kelas itu dulunya pernah ada seorang murid yang meninggal karena serangan jantung. Tamat sudah cerita saya maaf klo tidak seram dan kalau ada penulisan yang salah.

BERTEMU ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

Peristiwa bertemu dengan orang yang sudah meninggal ini tidak pernah akan terlupakan olehku. Kejadian ini terjadi pada saat aku baru duduk di bangku kelas 2 SMU, di sebuah kota yang sangat terkenal toleransi kehidupan beragamanya. Manado, Sulawesi Utara. Sebenarnya aku bukan asli penduduk kota itu. Tapi karena pekerjaan orang tuaku sebagai Anggota TNI, aku dan adik-adikku menghabiskan masa kecil dan remaja di kota yang penuh kenangan mengesankan itu.

Hari itu menjelang magrib. Aku dan teman-temanku sedang berbincang-bincang di emperan masjid. Tiba-tiba, kami mendapat kabar Tante Armi (Nama Samaran) telah meninggal dunia. Tante Armi memang telah lama menderita penyakit paru-paru kronis. Sebagai bagian dari remaja masjid, kami segera mengambil inisiatif untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan acara pemakaman.

Hingga keesok harinya, sesuai waktu yang ditentukan, aku dan teman-teman berangkat ke rumah duka dengan membawa berbagai perlengkapan yang telah kami persiapkan sejak malam hari. Walaupun jarak masjid dan rumah duka hampir 3 kilo meter jauhnya, kami tetap bersemangat berjalan kaki menuju rumah duka. Selesai acara demi acara, kini tiba saatnya jenazah akan diberangkatkan ke tempat pemakaman umum yang jaraknya lumayan jauh.

Tanpa diperintah, kami berenam langsung mengambil posisi sebagai petugas pengangkut jenazah. Awalnya sih enteng-enteng saja. Tetapi setelah hampir 15 menit mengusung keranda, pundakku terasa berat sekali. Apalagi saat jenazah mulai memasuki areal pemakaman yang jalannya agak menanjak. Aku yang berada diposisi paling belakang merasakan paling berat. Entah apa yang ada dalam pikiranku, tanpa sengaja aku nyeletuk, “Tante Armi kurus kok jenazahnya berat amat sih?” Teman-teman yang mendengar keluhanku langsung mengingatkan aku agar tidak bicara sembarangan.

Sebenarnya sih, aku bisa minta gantian dengan teman lain untuk menganti posisiku, tetapi karena aku melihat teman-teman yang lain masih bersemangat, malu juga untuk minta gantian. Setelah prosesi pemakaman selesai, aku dan teman-teman mohon pamit dan langsung pulang. Entah mengapa, saat berjalan aku kembali mengulangi ucapanku. “Kok mayatnya Tante Armi rasanya berat banget ya?” Omelku.

Ucapanku langsung ditanggapi oleh teman-teman yang lain. Ternyata bukan aku saja yang merasa berat, keenam temanku juga merasakan hal yang sama. Walaupun demikian, saat mengusung keranda, mereka tidak berani berkomentar macam-macam. Tiga hari setelah pemakaman, terjadilah peristiwa yang tidak pernah bisa kulupakan. Peristiwanya berawal saat kami janjian untuk bertemu di perempatan jalan. Sudah jadi kebiasaan kami, setiap minggu subuh berolah raga lari pagi.

Tapi, keanehan telah terjadi. Entah apa yang terjadi, saat itu aku merasa hari sudah subuh. Tanpa membuang waktu, aku langsung memakai sepatu dan baju olahraga yang telah aku siapkan. Dengan berjalan perlahan-lahan aku membuka pintu, selanjutnya pintu aku tutup. Setelah melempar anak kunci melalui celah yang ada dibawahnya, aku langsung menuju perempatan jalan tempat kami janjian untuk bertemu.

Mungkin karena saat itu bulan bersinar sangat terang, aku merasa datang terlambat. Dari kejauhan di perempatan jalan aku melihat ada orang berbaju putih sedang berdiri. Aku tak punya pikiran apa-apa. Aku yakin, orang itu pasti adalah ibu-ibu yang hendak belanja ke pasar. Melihat ada orang, sambil berlari-lari kecil, aku hampiri ibu itu. Anehnya, saat aku dekati, tiba-tiba si ibu mengeluarkan suara batuk-batuk yang sangat keras. Semakin aku dekati, suara batuknya semakin sering dan keras.

Ketika jarakku dan ibu itu berdiri kurang lebih lima meter, sosok si ibu berbalik ke arahku dengan batuk yang lebih keras lagi. Dan betapa terkejutnya aku. Wajah itu sangat kukenal. Dengan tatapan mata tajam, dia memandangku. Sambil gelagapan, walaupun diliputi rasa takut yang sangat luar biasa, masih juga aku bisa bicara. “Tante Armi kan sudah mati?” Suaraku terbata-bata.

Aku tak kuat menatap wajahnya yang mengerikan. Kakiku terasa berat dan sulit untuk melangkah. Rasanya ada kekuatan yang memegang kakiku. Syukurlah, dengan Istighfar yang aku sebut berkali-kali, kakiku mulai bisa digerakkan. Setelah bisa mundur beberapa langkah, akhirnya aku berbalik mengambil jurus langkah seribu bagaikan orang dikejar binatang buas.

Dengan takut tak terhingga, kugedor-gedor pintu rumahku. Sambil sesekali memandang ke belakang, jangan-jangan Tante Armi masih ada. Karena pintu kugedor-gedor, Bapak membukanya dengan agak kesal. Mungkin tidur beliau agak terganggu karena tindakku. Tapi karena melihat wajahku yang pucat pasi, beliau tidak meneruskan marahnya dan mencoba mendapat keterangan atas tindakanku itu setelah diberi minum segelas air putih.

Barulah aku dapat bercerita tentang pengalaman menegangkan yang baru saja kualami. Bapak hanya tersenyum sambil mengingatkanku untuk tidak takut jika mengalami kejadian-kejadian seperti itu. Tapi jujur saja, rasanya insan yang mana saja pasti akan takut kalau mengalami hal seperti ini.

PENGEMUDI TAKSI MALANG

Mula-mula perkenalkan, saya Hendro. Saya adalah seorang supir taksi di Surabaya. Kejadian ini saya alami ketika saya bekerja sebagai supir taksi di saat malam. Malam itu seperti biasa saja saya sedang menikmati segelas kopi di warkop di sekitar daerah Kedurus. Semakin malam, semakin sunyi tapi masih ada beberapa pekerja yang lalu lalang, mungkin mereka pulang kerja.

Setelah lama ngopi sambil merokok, saya punya pikiran kenapa tidak mutar-mutar saja di jalan. Siapa tau dapat penumpang dan tujuan saya adalah di daerah TP (Tunjungan Plaza). Karena biasanya di tempat itu masih banyak penumpang dari para LC (Ladies Club) yang akan mencari tumpangan saat mereka pulang dari diskotik Coyote. Singkat cerita meluncurlah saya ke arah TP dari Kedurus melewati Gunungsari.

Tapi entah kenapa malam itu saya yang biasanya lewat terminal Joyoboyo mendadak berbelok ke arah Ketintang. Dari belokan itulah awal cerita ini terjadi. Saya susuri jalan dengan perlahan-perlahan sambil mendengarkan radio yang acaranya mengaji. Tak lama setelah itu pas di depan kampus UNESA, di samping jalan dekat kuburan yang terletak di di pinggir jalan, saya melihat seorang ibu-ibu yang melambaikan tangan tanda mau menumpang taksi. Waktu itu jam menunjukkan pukul 23.30 malam.

Suasana tidaklah terlalu sepi, karena masih banyak muda-mudi di sekitaran tempat ibu-ibu itu masih nongkrong di Warkop. Lalu ibu itu pun masuk dan saya menanyakan kemana arah tujuannya. Si Ibu menjawab mau ke Rumah Sakit Dr. Soetomo. Awalnya saya tidak curiga, tetapi yang menjadi pertanyaan adalah saat ibu itu masuk, seketika tercium bau-bau harum yang sangat menusuk hidung.

Udara malam itu dingin sekali ditambah AC yang memang sudah dingin. Tiba-tiba ibu itu meminta saya untuk mengecilkan volume radio yang sedang saya dengarkan. Padahal itu sedang siaran mengaji. Akhirnya saya menuruti ibu itu, saya kecilkan dan sayapun mengendarai dengan santai dan fokus. Tiba-tiba saking saya fokus, saya tidak memperhatikan ibu itu. Lalu tiba-tiba ibu itu tertawa terbahak-bahak, alangkah terkejutnya saya, apalagi malam itu jalanan sepi sekali.

Pikiran dan bulu kuduk akhirnya sinkron menjadi satu. Ibu ini orang gila atau apa? Kenapa dia tertawa? Kenapa dia mau ke RS Dr. Soetomo malam-malam begini? Dan yang membuat pikiran ini makin ngawur, adalah teringat ibu ini menyetop taksi saya di depan kuburan. Ditambah lagi waktu ibu itu masuk taksi, tercium bau yang sangat wangi sekali. Apalagi ibu itu juga meminta saya mengecilkan volume siaran radio yang mengaji.

Cuma ada 2 terlintas di pikiran saya. Orang gila atau hantu? Sudah dalam 1/2 perjalanan ibu itu terus tertawa dan sesekali berbicara sendiri. Alamak kemalangan apa lagi ini. Tiba-tiba di saat rasa takut ini sudah semakin menjadi-jadi, tercium bau yang teramat busuk, yang awalnya tadi wangi tiba-tiba menjadi busuk. Masih ibu itu tertawa dan berbicara sendiri sampai sampai beberapa pengendara motor yang sedang melintasi melihat ke arah kursi belakang dan mereka melihat dengan takut di tengah perjalanan.

Saya pun berdoa dalam hati “Ya Allah, jauhkanlah aku dari segala kesusahan dalam menjalani pekerjaan yang halal ini” dalam hatiku berdoa demikian. Pikiran ini sudah sangat berkecamuk dan satu jawaban siapa ibu ini adalah hantu. Dari awal dia menyetop taksi di depan kuburan, bau yang wangi, tiba-tiba tertawa, tidak mau mendengarkan siaran mengaji dan bau busuk yang menyengat. Di dalam perjalanan itu saya tidak berani berkata atau bertanya pada ibu itu.

Keringat ini sudah bercucuran padahal AC dan kaca taksi dalam keadaan dingin dan tertutup. Ditambah lagi bau busuk yang sangat amat menyengat. Singkat cerita di dalam perjalanan yang sedikit lagi sampai di tujuan, saya cuma bisa berharap kapan ini semua berakhir. Akhirnya sampailah saya di tempat tujuan. Ibu itu pun bertanya sambil berkata “Maaf nak, berapa argo taksinya?”. Saya tidak berani menatapnya ke belakang, cuma sambil menunjuk ke arah Argometer.

Ibu itu pun meminta tolong dihidupkan lampu untuk mengambil uang di dalam tasnya. Saat akan menyodorkan uang, ibu itu berkata “Maaf nak ambil saja kembalian nya, itu untuk jasa anak yang bersedia mengantar saya dan maaf lagi nak, soal tadi saya tertawa dan berbicara sendiri itu karena saya sedang ngobrol dengan teman saya yang seorang dokter di rumah sakit ini dengan menggunakan handfree Bluetooth, maka itu saya meminta anak mengecilkan volume radio”.

Perkataan ibu itu tidak serta merta membuat saya puas. Darimana asal bau busuk itu pikirku, di akhir pembicaraan ibu itu, dia mengatakan “Maaf nak saya tadi buang angin, hehe”. Mendengar kata itu saya pun langsung dengan cepat membuka kaca jendela taksi saya dan tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Haha akhirnya ibu itu pun keluar dengan sambil tertawa juga. Mungkin dia memberi tip lebih karena sudah bersedia menghirup buang anginnya yang busuk itu. Itulah cerita saya maaf kalau tidak seram. Salam klub kelakar seram, haha.

MEJA TERANGKAT SENDIRI

Perkenalkan nama saya Revinda, saya biasa di panggil dengan nama vinda. Ini cerita saya yang kedua. Cerita ini dialami oleh guru sekolahku. Langsung aja ke ceritanya ya. Pada hari itu (tanggal dan waktunya lupa) saat sekolah sedang belajar mengajar. Guruku sedang menulis di meja ruang kelas kami.

Awalnya semua berjalan lancar-lancar saja. Tetapi ada sebuah kejanggalan yang mulai terjadi. Saat sedang menulis, guruku mulai merasakan mejanya bergetar, dan semakin lama terus bergetar. Tapi guruku tidak menghiraukannya dan terus melanjutkan menulis lagi di meja tersebut.

Meja kembali bergetar dan kini meja tersebut mulai terangkat dengan sendirinya yang bagian pojok kiri meja. Awalnya guruku ini tidak menyadari kalau mejanya mulai terangkat dengan sendirinya. Lalu ada salah seorang siswa yang lagi duduk di bangku paling depan, mengatakan bahwa meja yang di pakai oleh bu guru terangkat sendiri.

Sontak semua murid melihat ke arah mejanya, dan memang meja itu benar-benar terangkat sendiri. Guruku yang sedang menulis langsung berhenti menulis dan memukul meja sampai meja itu kembali seperti semula. Kejadian ini memang aneh dan sulit dipercaya oleh akal sehat. Tapi ini nyata loh. Memang setiap tempat itu pasti ada penunggunya. Jadi kita harus menjaga bicara dan sikap kita. Baiklah, cukup sampai disini ceritanya. Maaf kalau tidak seram dan ada penulisan kata yang salah.

HANTU PENGHUNI KOST

Namaku Yuri dan 2 orang temanku yaitu, rindi dan sonia kini sedang melaksanakan magang di sebuah perusahaan terkemuka di Pekanbaru. Kami adalah siswi kelas 2 sebuah SMK swasta. Untuk menghemat biaya transport, maka kami mencari kost yang dekat dengan tempat kerja kami. Pada awal kami menempati kamar kost ini, kami tidak merasakan hal-hal aneh yang terjadi. Namun waktu itu ibu kost pernah bilang, entah bercanda atau serius, aku pun tak tau pasti. Beliau bilang bahwa kost ini memang ada penunggunya.

Karena mengira ibu kost hanya menakut-nakuti kami maka kami pun tak ambil pusing. Kost itu sendiri berada di lantai 3, yaitu lantai paling atas. Lantai pertama ibu kost gunakan sebagai rumah makan sedangkan lantai 2 digunakan sebagai kamar ibu kost. Menurutku, lantai 2 inilah ruangan yang paling ngeri karena hanya sedikit bagian yang digunakan sebagai kamar. Sedangkan yang sebagian besar dibiarkan kosong.

Anehnya, disitu tertumpuk barang-barang yang entah punya siapa. Waktu itu pernah kami tanyakan pada ibu kost tapi beliau tidak mau memberi tau. Kamar kost lantai 3 sendiri terdiri dari enam kamar dan hanya 3 kamar yang terisi. Suasana yang gelap membuat kami lumayan deg-degan untuk tinggal sendiri. Namun beberapa bulan berlalu, aku lah yang paling sering tinggal sendiri di kost saat teman-temanku pulang ke rumah.

Dan sejauh itu, aku tak merasakan hal aneh. Kakak kost kami yang kamarnya bersebelahan dengan kami pernah bercerita bahwa di kost ini sering terjadi penampakan. Pada awalnya kami tak percaya namun setelah mereka pindah, suasana bertambah sepi dan mengerikan. Dari kamar samping yang kosong, kami sering mendengar sesuatu sedang menggaruk-garuk dinding pembatas yang hanya terbuat dari triplek.

Suara garukan itu begitu keras sehingga kami bisa menebak bahwa kuku makhluk itu panjang-panjang. Hal itu sering terjadi tak peduli siang atau malam. Puncaknya kami pun sering ketakutan apalagi saat kami hanya bertiga di kost itu. Aku merasa jauh lebih ketakutan saat sonia menceritakan pengalaman yang menakutkan. Kejadian itu terjadi saat sonia akan mandi. Kamar mandi itu sendiri lumayan jauh dari kamar kami.

Untuk sampai ke kamar mandi harus melewati beberapa kamar kosong. Sebelum kejadian ini dia memang sering mandi malam. Waktu sudah menunjukan pukul 21.00 malam saat dia mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi. Di dekat kamar mandi itu terdapat sebuah jendela kaca. Dia bercerita bahwa ia melihat sesosok genderuwo yang menatap tajam ke arahnya lewat jendela itu.

Bisa kalian bayangkan seberapa besar dan tingginya makhluk itu hingga kepalanya saja tampak di jendela lantai 3 kamar kami. Gara-gara takut. Akhirnya sonia tak jadi mandi. Ia hanya mencuci muka lalu balik ke kamar. Beruntung, saat melihat makhluk itu sonia tidak menjerit. “Aku takut kalo aku menjerit kalian juga akan ketakutan” katanya. Temanku yang satu ini lumayan berani juga. Selain kejadian itu, hal-hal aneh yang sering kami alami adalah sering terdengarnya suara langkah kaki naik turun tangga padahal setelah kami cek tak ada orangnya.

Dan sebuah peristiwa yang menurutku paling menakutkan terjadi pada malam hari, tanggal 14 Mei 2010. Saat itu kami bertiga sedang ngobrol lumayan seru. Di kost itu hanya ada kami bertiga karena ibu kost sedang pergi ke Medan. Diantara bunyi kipas angin yang lumayan berisik kami ngobrol sampai pukul 22.30 malam. Aku sendiri tidak ingat bahwa malam ini adalah malam jumat. Saat aku dan rindi sudah mulai terlelap, tiba-tiba sonia menutup telinganya dengan bantal dan berkata “ihh.. pasti kaya gini”.

Karena merasa terganggu, aku dan rindi langsung membentak marah pada sonia. “napa sih son? ngantuk nih” ucap rindi marah. “iya nih..” timpalku. “Coba kalian dengerin, ada suara genderuwo lagi ngorok” ucapnya yang lantas membuat bulu kuduk kami meremang. Karena merasa kurang percaya, akhirnya aku matikan kipas angin yang berisik itu dan mulai mendengarkan. Dan benar saja, entah darimana asalnya terdengar suara mengerikan yang membuat kami langsung berpelukan takut.

“Aduh.. gimana nih?” keluhku takut. Akhirnya kipas tadi kembali aku nyalakan agar suara itu tidak begitu terdengar. Suara mengerikan itu silih berganti menjadi suara tangis bayi dan wanita. Cukup lama kami di hantui rasa takut. Setelah yakin suara itu sudah tidak ada yaitu sekitar jam 1 malam, maka kami langsung bersepakat untuk segera hengkang dari kost mengerikan itu. Malam itu juga kami langsung mengemasi barang masing-masing. Kami bertekad akan pergi sepulang dari magang. Kira-kira jam 1 lewat, kedua temanku sudah tertidur.

Sedangkan aku tidak bisa tidur sama sekali. Kembali aku di hantui rasa takut saat tepat di depan kamar kami terdengar gaduh yang datang tiba-tiba entah dari mana. Aku takut banget dan rasanya kepengen bangunin teman-temanku tapi aku kasihan pada mereka yang baru saja tertidur. Jadinya aku ketakutan seorang diri. Pada pukul 4 pagi, akhirnya aku tertidur setelah mengalami peristiwa menakutkan itu. Pagi harinya saat tiba di kantor, kami bercerita pada bos kami dan beliau berkata “tadi malam kan malam jumat kliwon”.

Kami baru ingat, ternyata tadi malam memang malam jumat kliwon. Hari itu, aku pulang lebih dulu karena temanku masih ada tugas. Aku segera bersiap karena pacarku akan segera menjemputku untuk membawaku pergi dari tempat yang sangat angker itu. Itulah kisah yang kami alami di masa pertama kami jauh dari orang tua.

Baca juga : Cerita romantis remaja saat menyatakan cinta di KOS, jadi teringat si dia

HANTU PENGANTIN BARU

Aku Jess 24 tahun asal Malang, cerita ini terjadi di kampungku di pinggiran kota Malang. Di tepi jalan raya sebelum gang masuk kampungku, kalau malam rame dengan pedagang kaki lima, ada nasi goreng, bakso dan lain-lain. Dan setiap malam anak-anak kampung mesti nongkrong di pinggir jalan itu sampe dini hari. Suatu malam terjadi tragedi dimana sepasang pengantin baru tertabrak motor ketika menyebrang di jalan itu. Mereka barusan membeli makanan dan kayaknya sih mau pulang.

Saat menyebrang tiba-tiba ada motor dengan kecepatan tinggi langsung menabrak pasangan itu. Si pengemudi motor sih cuma lecet-lecet tapi si cewek yang ditabrak langsung tewas di TKP karena kepalanya luka parah, sedang yang cowok dengar-dengar sih meninggal di rumah sakit 2 hari kemudian. Nah kira-kira selang 3 – 4 hari setelah kejadian itu, di suatu malam, seperti biasa kita anak-anak kampung di situ nongkrong di pinggir jalan ngobrol sambil makan atau ngopi.

Tapi sekitar jam 11 malam tiba-tiba hujan gerimis sehingga banyak pedagang (yang kebanyakan sih warga kampung situ juga) memutuskan untuk membereskan dagangan dan pulang, padahal biasanya sih jam 12 ke atas para pedagang baru pulang. Aku ingat pada saat itu sekitar jam 1 malam kita tinggal 5 orang nongkrong ditepi jalan itu. Aku sama 4 orang temanku berteduh sambil main gitar di depan apotek di pinggir jalan itu.

Pas hujan sudah makin deras tiba-tiba di kampung situ lampu mati. Kita yang sudah berniat mau pulang jadi takut juga mau pulang dan lewat gang masuk kampung kalau kondisi gelap gulita, jadi kita nongkrong aja di pinggir jalan sambil menunggu lampu hidup. Saat itu lampu jalan raya dan beberapa toko besar di jalan itu gak ikut mati, tapi jalan raya sudah sepi banget dan gak ada kendaraan yang lewat.

Ketika lagi nyanyi tiba-tiba tercium harum bunga yang biasanya buat orang pas kawin. Kita semua langsung kaget dan terdiam dan langsung kepikiran sama kejadian beberapa hari sebelumnya dimana ada pengantin baru yang tewas di jalan raya yang TKP-nya pas di hadapan kita yang lagi nongkrong malem itu. Temanku Joni langsung bilang “Ayo pulang yok”. Temanku Rio langsung bilang “Nanti deh tunggu lampu nyala” sambil belaga cuek.

Akhirnya kita ngobrol di situ tapi kelihatan banget kalau kita semua sudah tegang dan ketakutan 5 menit kemudian tiba-tiba Rio yang tadi sok berani lari kencang sambil teriak “Liat tuh di Barat”. Kita semua kaget, dan pas noleh ke arah Barat samar-samar terlihat sepasang laki-laki dan perempuan lagi jalan gandengan ke arah kita nongkrong sambil pake pakaian nikah adat Jawa warna Hijau dibawah rintik gerimis dan tipis kabut malam itu.

Tapi yang aneh samar-sama mata mereka kelihatan hitam semua dan kulitnya pucat. Dan bau wangi makin semerbak. serem banget deh pokoknya lalu kita berlima langsung lari masuk kampung dan tidur di rumah Joni karena rumahnya paling dekat dan aku sendiri sampai seminggu setelah kejadian itu gak berani nongkrong di pinggir jalan itu.